B
|
intang yang setia pada
malam, begitu pula kesetiaan embun menemani pagi. Matahari yang tak pernah
lelah terangi dunia ini. Seperti itulah persahabatan, selalu setia tanpa
diminta. Saling mengerti tanpa harus memohon. Tak ada satupun orang di dunia
ini yang hidup tanpa persahabatan, persahabatan
adalah kisah terindah yang tak terlupakan bagi setiap insan yang pernah
merasakannya.
Dikisahkan persahabatan Ayu, Sintya, Devi dan Ninda yang sedang
duduk bergerombol dibangku Ayu dan Sintya. Mereka berdiskusi mengenai lagu
yang akan dibawakan saat ujian praktek dua minggu lagi.
Ninda : “Nanti kita mau nyanyi
apa?”.
Devi : “Bagaimana kalau kita
pakai lagunya Melly yang Bunda?”.
Ayu : “Ah… terlalu slow. Cari lagu yang
ceria”.
Sintya : “Kalau lagunya Cherry Belle,
bagaimana?”.
Devi : “Lagu Cherry Belle yang mana, Sin?”.
Sintya : “Best Friend Forever, kalian mau?”.
Ninda : “Aku sih mau. Bagaimana dengan yang
lain?”.
Ayu
dan Devi : “Oke deh…” (semua mengacungkan jempolnya).
Devi : “Trus kita pakai alat musik nih?”.
Ayu : “Ya lah… kalau nggak kan gak enak,
Nind” (sambil mengacak acak poni Ninda).
Ninda : “Benar juga yah. Lalu alat musik apa
yang kita pakai nanti?” (bingung).
Ayu : “Bagaimana kalau Gitar? Aku mau deh
yang main gitarnya”.
Ninda : “Baik… Trus yang vocal siapa aja
nih?”.
Sintya : “Semuanya aja nyanyi. Nanti kita pecah
siapa mau ngambil bagian lirik yang satu dan lirik selanjutnya”.
Devi : “Ide yang sangat bagus” (sambil
menaikkan jari telunjuknya).
Ayu : “Kapan kita
mulai latihannya?”.
Devi : “Bagaimana kalau
besok sore dirumahku. Mumpung hari minggu?”.
Sintya : “Sipp… Besok sekalian aku bawa lirik
lagu sekaligus kunci gitarnya supaya Ayu bisa pelajarin nanti”.
Ayu : “Okeh… Sin. Mungkin nanti sore aku
ambil kunci gitarnya ke rumahmu supaya besok aku siap”.
Sintya : “Oke… Yu”. (tersenyum).
Teett… teett… teett… Bel pulang sekolah berbunyi.
Semua : “Horree…
Pulang!” (berteriak kegirangan).
Sintya : “Sampai jumpa
besok ya” (sambil melambaikan tangannya).
Ayu,
Devi dan Ninda : “Oke… bye Sintya” (dengan kompak mereka melambaikan
tangannya).
Keesokan
harinya…
Tepat
pukul 15.00 WITA dirumah Devi, latihan vocal pertama.
Devi : “Bagaimana dengan gitarnya, yu?”.
Ayu : “Gitarnya baik-baik aja kok, Vi”
(tertawa terbahak-bahak).
Devi : “Hahahaha… bukan itu maksudku, Ayu”
(sambil mencubit pipi Ayu).
Ayu : “Aduhh… sakit tau” (mengusap-usap
kedua pipinya).
Devi : “Hahaha… habisnya kamu ngegemesin.
Maksudku kamu udah bisa main gitarnya?”.
Ayu : “Baru saja kemarin aku pelajari,
mustahil aku langsung bisa”.
Devi : “Hahaha… ya deh, yu”.
Ninda : “Sudah-sudah… kapan mau latihan kalau
bercanda terus. Ayo ambil suaranya”.
Sintya : “Aduh… Nind. Suaraku gak bisa di
ambil. Nanti aku ngomong gak ada suara dong” (tertawa cekikian).
Ninda : “Bukan itu maksudku. Ambil suara dasar
dulu”.
Sintya : “Ohh… Oke deh. Aku ambil suara satu
saja yah. Masalahnya nanti aku gak bisa improve”.
Devi : “Ya… Sin. Siapa juga mau kamu yang
improve. Yang ada malah hancur” (tertawa).
Sintya : “Yaya deh”.
Ninda : “Ayu… kamu ambil suara duluan ya”.
Ayu : “Oke deh”.
Ninda : “Sintya… kamu bagian lirik pertama.
Oke?”.
Sintya : “Sipp Boss”.
Ninda : “Devi… bagian lirik setelah Sintya
ya?”.
Devi : “Baik”.
Ninda : “Sedangkan aku sendiri bagian lirik
setelah Devi. Lalu bagian Reff kita sama-sama.. Setuju?”.
Semua : “Setuju!”.
Latihan pertama telah selesai. Ayu, Sintya dan
Ninda segera pulang karena matahari mulai tenggelam.
Ayu,
Sintya dan Ninda : “Bye Devi… kami pulang ya”. (melambaikan tangannya).
Devi : “Iya… hati-hati di jalan yah”
(melambaikan tangan).
Latihan
music yang kedua…
Devi : “Ehh.. Yu. Bawa aja gitarmu ke
sekolah”.
Ayu : “Buat apa?”.
Devi : “Latihan lah… kita latihan di sekolah aja. Mau gak?”.
Ayu : “Hah?!... aduh gak mau ah… berat
tau bawa gitar ke sekolah”.
Devi : “Ah masak bawa gitar segitu saja
berat. Kan sekalian kamu coba gitarnya”.
Ayu : “Iya… tapi jangan di bawa ke
sekolah gitarku”.
Ninda : “Memang kenapa, berat? Ya sudah… aku
saja yang bawa besok”.
Ayu : “Ya deh”.
Hari ketiga latihan musik di dalam kelas.
Sintya : “Disaatku termenung…
Kau datang
bawa ce….”.
Tiba-tiba…
Ayu : “Sintya! yang bener dong nyanyinya.
Suaranya biar lebih plong. Jangan di tekan begitu!”. (Emosi).
Sintya : “Lalu yang bagaimana? Aku kan gak
tahu” (balik bertanya).
Ayu : “Keluarin saja suaramu. Jangan
malu-malu supaya terdengar lebih keras”.
Sintya : “Yayaya, yu aku coba” (dengan ekspresi
pasrah).
Ninda : “Sudah-sudah.. kita ulang”.
Setelah
di ulang. Ternyata Ninda lupa liriknya.
Ninda : “Apapun
kisahku…
Kamu…kamu..” (lupa).
Devi : “Aduh… hapalin dulu liriknya. Males
ku latihan seperti ini!” (berlalu meninggalkan Ayu, Sintya dan Ninda).
Ayu : “Aku juga males” (menyusul Devi).
Setelah kejadian saat itu. Devi dan Ayu kesal
dengan kesalahan yang dilakukan Sintya dan Ninda. Dan latihan selanjutnya
mereka berlatih sendiri-sendiri. Tanpa kekompakkan dari mereka semua.
Hari Keempat… Hari Kelima… Hari Keenam… Hari
Ketujuh telah berlalu… satu minggu sudah mereka tidak latihan musik lagi.
Sintya dan Ninda mencoba membujuk Devi dan Ayu agar segera latihan lagi.
Sintya : “Ayu… Maafin aku kalau suaraku kurang
bagus. Aku janji akan latih lagi suaraku agar lebih bagus lagi. Kalau kamu
marah jangan sampai seperti ini. Ujian praktek lagi satu minggu. Aku mohon kita
latihan lagi”.
Ninda : “Iya… aku juga minta maaf sama kalian,
aku sekarang sudah hapal liriknya. Ayoo kita latihan lagi” (membujuk Ayu dan
Devi).
Ayu : “Oke… aku maafin kalian. Jangan
pernah ulangi kesalahan itu lagi”.
Devi : “Iya… aku mau latihan lagi. Asal
kalian tidak mengulanginya lagi”.
Sintya
dan Ninda : “Siipp… Deh”.
Hari Kedelapan…
Di Aula sekolah. Ayu,
Devi dan Ninda menunggu Sintya.
Satu jam berlalu.
Akhirnya Sintya datang juga.
Sintya : “Aduhh… aku telat. Maaf ya aku baru
datang dari…” (penjelasannya terputus karena Ayu dan Devi mulai kesal).
Ayu : “Arghh.. sudah! Aku mau pulang!
Capek aku nunggu orang jam karet seperti kamu!” (sambil mendorong Sintya).
Devi : “Sin… selamat yah kamu sudah buat
aku kesal lagi!” (meninggalkan Sintya).
Sintya : “Tunggu.. aku kan belum selesai
jelasin” (menangis).
Ninda : “Sin.. kenapa kamu terlambat?”.
Sintya : “Ibu ku sakit, Nind”.
Ninda : “Kenapa sampai terlambat. Kamu kan
tahu sendiri mereka seperti itu”.
Sintya : “Iya aku tahu. Aku sudah berusaha
cepat datang kesini. Tapi jarak Rumah Sakit ke sekolah kan jauh. Wajar kalau
aku sampai terlambat. Nind… aku mohon maafin aku”.
Ninda : “Aku maafin kamu kok. Lalu bagaimana
dengan Ayu dan Devi?”.
Sintya : “Nind… aku mohon jelasin ke mereka
mengenai hal ini. Hanya kamu yang bisa jelasin. Kalau aku, pasti mereka gak mau
mendengarnya” (sambil memegang tangan Ninda).
Hari
Kesembilan…
Hari
Kesepuluh…
Hari
Kesebelas…
Hari
Keduabelas…
Empat hari sudah mereka
tidak latihan lagi. Dua hari lagi mereka akan Ujian Praktek.
Ninda : “Ayu…Devi… mohon maafkan Sintya. Dua
hari lagi kita ujian praktek. Apa kalian mau kita tidak punya nilai? Sintya
saat itu terlambat karena Ibunya sakit. Maafkan Sintya. Aku mohon..”
Sintya : “Maafkan aku” L
Devi
dan Ayu saling menatap. Dan….
Devi : “Baik… kami maafkan kamu, Sin.
Jangan di ualng untuk ketiga kalinya!”.
Sintya : “Oke.. aku
janji” (sambil menunjukkan jari kelingkingnya).
Akhirnya mereka kembali latihan dengan serius
karena besok mereka akan ujian praktek.
Ninda : “Semoga besok kita bisa tampil yang
terbaik. Demi nilai kita harus bagus”.
Ayu, Devi dan Sintya : “Sipp…” J
Dua minggu yang dinanti-nanti, akhirnya telah
tiba…
Saatnya sahabat musik Ayu, Sintya, Devi dan
Ninda unjuk kebolehan..
Ayu : “Cek..Cek..
Siap semua?”.
Sintya, Devi dan Ninda : “Siapp..”.
“Jreenggg… (petikan gitar)…
Kita ‘kan slalu bersama dalam suka duka berbagi segalanya tak
terpisahkan hanya kau yang ada di hatiku…
kita ‘kan slalu bersama menggapai semua cinta dan meraih dunia
walau badai menghadang tak akan kita terluka…
cause you are my best friend forever…”
Tak ada satupun manusia di dunia ini yang
sempurna. Mereka semua tak pernah luput dari kesalahan. Oleh karna itu meminta
maaflah jika merasa bersalah. Dan maafkanlah bila ada yang bersalah. Semua akan
indah jika kita saling memaafkan satu sama lain.