Rabu, 16 Mei 2012

Naskah Drama - Best Friend Forever


Best Friend Forever

B
intang yang setia pada malam, begitu pula kesetiaan embun menemani pagi. Matahari yang tak pernah lelah terangi dunia ini. Seperti itulah persahabatan, selalu setia tanpa diminta. Saling mengerti tanpa harus memohon. Tak ada satupun orang di dunia ini yang hidup tanpa persahabatan, persahabatan adalah kisah terindah yang tak terlupakan bagi setiap insan yang pernah merasakannya.

Dikisahkan persahabatan Ayu, Sintya, Devi dan Ninda yang sedang duduk bergerombol dibangku Ayu dan Sintya. Mereka berdiskusi mengenai lagu yang akan dibawakan saat ujian praktek dua minggu lagi.

Ninda        : “Nanti kita mau nyanyi apa?.
Devi          : “Bagaimana kalau kita pakai lagunya Melly yang Bunda?.
Ayu           : “Ah… terlalu slow. Cari lagu yang ceria”.
Sintya        : “Kalau lagunya Cherry Belle, bagaimana?”.
Devi          : “Lagu Cherry Belle yang mana, Sin?”.
Sintya        : “Best Friend Forever, kalian mau?”.
Ninda        : “Aku sih mau. Bagaimana dengan yang lain?”.
Ayu dan Devi : “Oke deh…” (semua mengacungkan jempolnya).
Devi          : “Trus kita pakai alat musik nih?”.
Ayu           : “Ya lah… kalau nggak kan gak enak, Nind” (sambil mengacak acak poni Ninda).
Ninda        : “Benar juga yah. Lalu alat musik apa yang kita pakai nanti?” (bingung).
Ayu           : “Bagaimana kalau Gitar? Aku mau deh yang main gitarnya”.
Ninda        : “Baik… Trus yang vocal siapa aja nih?”.
Sintya        : “Semuanya aja nyanyi. Nanti kita pecah siapa mau ngambil bagian lirik yang satu dan lirik selanjutnya”.
Devi          : “Ide yang sangat bagus” (sambil menaikkan jari telunjuknya).
Ayu           : “Kapan kita mulai latihannya?”.
Devi          : “Bagaimana kalau besok sore dirumahku. Mumpung hari minggu?”.
Sintya        : “Sipp… Besok sekalian aku bawa lirik lagu sekaligus kunci gitarnya supaya Ayu bisa pelajarin nanti”.
Ayu           : “Okeh… Sin. Mungkin nanti sore aku ambil kunci gitarnya ke rumahmu supaya besok aku siap”.
Sintya        : “Oke… Yu”. (tersenyum).

Teett… teett… teett… Bel pulang sekolah berbunyi.

Semua       : “Horree… Pulang!” (berteriak kegirangan).
Sintya        : “Sampai jumpa besok ya” (sambil melambaikan tangannya).
Ayu, Devi dan Ninda : “Oke… bye Sintya” (dengan kompak mereka melambaikan tangannya).
Keesokan harinya…
Tepat pukul 15.00 WITA dirumah Devi, latihan vocal pertama.

Devi          : “Bagaimana dengan gitarnya, yu?”.
Ayu           : “Gitarnya baik-baik aja kok, Vi” (tertawa terbahak-bahak).
Devi          : “Hahahaha… bukan itu maksudku, Ayu” (sambil mencubit pipi Ayu).
Ayu           : “Aduhh… sakit tau” (mengusap-usap kedua pipinya).
Devi          : “Hahaha… habisnya kamu ngegemesin. Maksudku kamu udah bisa main gitarnya?”.
Ayu           : “Baru saja kemarin aku pelajari, mustahil aku langsung bisa”.
Devi          : “Hahaha… ya deh, yu”.
Ninda        : “Sudah-sudah… kapan mau latihan kalau bercanda terus. Ayo ambil suaranya”.
Sintya        : “Aduh… Nind. Suaraku gak bisa di ambil. Nanti aku ngomong gak ada suara dong” (tertawa cekikian).
Ninda        : “Bukan itu maksudku. Ambil suara dasar dulu”.
Sintya        : “Ohh… Oke deh. Aku ambil suara satu saja yah. Masalahnya nanti aku gak bisa improve”.
Devi          : “Ya… Sin. Siapa juga mau kamu yang improve. Yang ada malah hancur” (tertawa).
Sintya        : “Yaya deh”.
Ninda        : “Ayu… kamu ambil suara duluan ya”.
Ayu           : “Oke deh”.
Ninda        : “Sintya… kamu bagian lirik pertama. Oke?”.
Sintya        : “Sipp Boss”.
Ninda        : “Devi… bagian lirik setelah Sintya ya?”.
Devi          : “Baik”.
Ninda        : “Sedangkan aku sendiri bagian lirik setelah Devi. Lalu bagian Reff kita sama-sama.. Setuju?”.
Semua       : “Setuju!”.

Latihan pertama telah selesai. Ayu, Sintya dan Ninda segera pulang karena matahari mulai tenggelam.

Ayu, Sintya dan Ninda : “Bye Devi… kami pulang ya”. (melambaikan tangannya).
Devi          : “Iya… hati-hati di jalan yah” (melambaikan tangan).

Latihan music yang kedua…
Devi          : “Ehh.. Yu. Bawa aja gitarmu ke sekolah”.
Ayu           : “Buat apa?”.
Devi          : “Latihan lah…  kita latihan di sekolah aja. Mau gak?”.
Ayu           : “Hah?!... aduh gak mau ah… berat tau bawa gitar ke sekolah”.
Devi          : “Ah masak bawa gitar segitu saja berat. Kan sekalian kamu coba gitarnya”.
Ayu           : “Iya… tapi jangan di bawa ke sekolah gitarku”.
Ninda        : “Memang kenapa, berat? Ya sudah… aku saja yang bawa besok”.
Ayu           : “Ya deh”.

Hari ketiga latihan musik di dalam kelas.

Sintya        : “Disaatku termenung…
                     Kau datang bawa ce….”.

Tiba-tiba…

Ayu           : “Sintya! yang bener dong nyanyinya. Suaranya biar lebih plong. Jangan di tekan begitu!”. (Emosi).
Sintya        : “Lalu yang bagaimana? Aku kan gak tahu” (balik bertanya).
Ayu           : “Keluarin saja suaramu. Jangan malu-malu supaya terdengar lebih keras”.
Sintya        : “Yayaya, yu aku coba” (dengan ekspresi pasrah).
Ninda        : “Sudah-sudah.. kita ulang”.

Setelah di ulang. Ternyata Ninda lupa liriknya.

Ninda        : “Apapun kisahku…
                     Kamu…kamu..” (lupa).
Devi          : “Aduh… hapalin dulu liriknya. Males ku latihan seperti ini!” (berlalu meninggalkan Ayu, Sintya dan Ninda).
Ayu           : “Aku juga males” (menyusul Devi).

Setelah kejadian saat itu. Devi dan Ayu kesal dengan kesalahan yang dilakukan Sintya dan Ninda. Dan latihan selanjutnya mereka berlatih sendiri-sendiri. Tanpa kekompakkan dari mereka semua.
Hari Keempat… Hari Kelima… Hari Keenam… Hari Ketujuh telah berlalu… satu minggu sudah mereka tidak latihan musik lagi. Sintya dan Ninda mencoba membujuk Devi dan Ayu agar segera latihan lagi.

Sintya        : “Ayu… Maafin aku kalau suaraku kurang bagus. Aku janji akan latih lagi suaraku agar lebih bagus lagi. Kalau kamu marah jangan sampai seperti ini. Ujian praktek lagi satu minggu. Aku mohon kita latihan lagi”.
Ninda        : “Iya… aku juga minta maaf sama kalian, aku sekarang sudah hapal liriknya. Ayoo kita latihan lagi” (membujuk Ayu dan Devi).
Ayu           : “Oke… aku maafin kalian. Jangan pernah ulangi kesalahan itu lagi”.
Devi          : “Iya… aku mau latihan lagi. Asal kalian tidak mengulanginya lagi”.
Sintya dan Ninda : “Siipp… Deh”.

Hari Kedelapan…
Di Aula sekolah. Ayu, Devi dan Ninda menunggu Sintya.
Satu jam berlalu. Akhirnya Sintya datang juga.

Sintya        : “Aduhh… aku telat. Maaf ya aku baru datang dari…” (penjelasannya terputus karena Ayu dan Devi mulai kesal).
Ayu           : “Arghh.. sudah! Aku mau pulang! Capek aku nunggu orang jam karet seperti kamu!” (sambil mendorong Sintya).
Devi          : “Sin… selamat yah kamu sudah buat aku kesal lagi!” (meninggalkan Sintya).
Sintya        : “Tunggu.. aku kan belum selesai jelasin” (menangis).
Ninda        : “Sin.. kenapa kamu terlambat?”.
Sintya        : “Ibu ku sakit, Nind”.
Ninda        : “Kenapa sampai terlambat. Kamu kan tahu sendiri mereka seperti itu”.
Sintya        : “Iya aku tahu. Aku sudah berusaha cepat datang kesini. Tapi jarak Rumah Sakit ke sekolah kan jauh. Wajar kalau aku sampai terlambat. Nind… aku mohon maafin aku”.
Ninda        : “Aku maafin kamu kok. Lalu bagaimana dengan Ayu dan Devi?”.
Sintya        : “Nind… aku mohon jelasin ke mereka mengenai hal ini. Hanya kamu yang bisa jelasin. Kalau aku, pasti mereka gak mau mendengarnya” (sambil memegang tangan Ninda).

Hari Kesembilan…
Hari Kesepuluh…
Hari Kesebelas…
Hari Keduabelas…
Empat hari sudah mereka tidak latihan lagi. Dua hari lagi mereka akan Ujian Praktek.

Ninda        : “Ayu…Devi… mohon maafkan Sintya. Dua hari lagi kita ujian praktek. Apa kalian mau kita tidak punya nilai? Sintya saat itu terlambat karena Ibunya sakit. Maafkan Sintya. Aku mohon..”
Sintya        : “Maafkan aku” L
Devi dan Ayu saling menatap. Dan….

Devi          : “Baik… kami maafkan kamu, Sin. Jangan di ualng untuk ketiga kalinya!”.
Sintya        : “Oke.. aku janji” (sambil menunjukkan jari kelingkingnya).

Akhirnya mereka kembali latihan dengan serius karena besok mereka akan ujian praktek.

Ninda        : “Semoga besok kita bisa tampil yang terbaik. Demi nilai kita harus bagus”.
Ayu, Devi dan Sintya : “Sipp…” J

Dua minggu yang dinanti-nanti, akhirnya telah tiba…
Saatnya sahabat musik Ayu, Sintya, Devi dan Ninda unjuk kebolehan..

Ayu           : “Cek..Cek.. Siap semua?”.
Sintya, Devi dan Ninda : “Siapp..”.
“Jreenggg… (petikan gitar)…
Kita ‘kan slalu bersama dalam suka duka berbagi segalanya tak terpisahkan hanya kau yang ada di hatiku…
kita ‘kan slalu bersama menggapai semua cinta dan meraih dunia walau badai menghadang tak akan kita terluka…
cause you are my best friend forever…”

Tak ada satupun manusia di dunia ini yang sempurna. Mereka semua tak pernah luput dari kesalahan. Oleh karna itu meminta maaflah jika merasa bersalah. Dan maafkanlah bila ada yang bersalah. Semua akan indah jika kita saling memaafkan satu sama lain.